swasembada Kedelai itu perlu

Harga kedelai impor kini mencapai Rp. 8.200 per kg, naik 49% dibandingkan dengan awal tahun sebesar Rp. 5.500 per kg. Perajin mengkhawatirkan harga itu diprediksi bisa menembus Rp. 10.000. Perajin tempe langsung menjerit. Biaya produksi naik signifikan, tetapi di sisi lain mereka tidak berani menaikkan harga jual. Tidak sedikit perajin yang harus bersedia mengurangi keuntungannya hingga 30%. Lalu mereka ramai-ramai menyatakan “mogok” berproduksi. Aksi unjuk rasa ini ditujukan sekedar mendapat perhatian pemerintah antara lain mengambil alih tata niaga kedelai, menghapus bea masuk kedelai sebesar 5% menjadi 0% sehingga setidaknya meredam gejolak harga kedelai impor. Unjuk rasa ini ternyata mendapat perhatian dari pemerintah dengan menetapkan kebijakan menghapus bea masuk kedelai sebesar 5% menjadi 0% sejak 1 Agustus hingga akhir tahun 2012. Kebijakan ini sebenarnya hanya program jangka pendek. Padahal sebenarnya Indonesia sudah mempunyai program jangka panjang yang terukur yaitu peningkatan produksi sehingga tercapai swasembada kedelai tahun 2014. Swasembada kedelai ini sudah ada roadmap-nya. Roadmap inilah yang seharusnya digunakan sebagai acuan untuk mencapai swasembada kedelai. Bahkan investasinya tahun 2012 telah dihitung untuk investasi jagung, kedelai dan padi sebesar Rp. 43,44 triliun yang bersumber dari pemerintah dan swasta. Sekarang yang dibutuhkan negeri ini hanya konsistensi dengan roadmap dan investasi yang ditetapkan sehingga swasembada itu bisa direalisasikan pada tahun 2014. Jadi kembalilah ke jalan yang benar pasti swasembada kedelai itu tercapai. Harus diakui untuk meraih swasembada kedelai ini tidak mudah. Sejumlah tantangan menghadang salah satunya adalah Luas lahan untuk kedelai perlu ditambah. Menurut Mentan diperlukan minimal tambahan sebesar 500.000 ha. Persoalan lahan baru untuk tanaman kedelai ini belum terealisasi. Sumber

Post a Comment

7 Comments

  1. iya saya ikut prihatin, kenapa kedelai saja import ya? padahal kurang apa coba lahan di negeri ini?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Karena kebanyakan lahan dinegeri ini ditanami tanaman perkebunan sehingga lahan untuk tanaman pangan mengalami penyempitan.

      Delete
    2. oh gitu ya..
      salah dalam perencanaan ya mas?

      Delete
    3. bukan pada lahan kalau menurut saya, tapi pada niat suci para pengambil keputusan, mau dibawa kemana pertanian kita, slogan negara agraris sepertinya bikin para pemimpin kita minder dikancah internasional, kita kan pengennya jadi negara industri...biar keren gituh...:o)

      sehat selalu ya kang

      Delete
  2. kunjungan sore nih mana gan untuk artikel terbarunya ..
    :D

    ReplyDelete
  3. Kasih jempol empat dah buat psotingan dan artikel nya ..
    maaf yah bila memang saya sudah menjai spammers disini..
    _namun tetap eksis yah gan di dunia blogger.

    ReplyDelete
  4. Makasih yah gan untuk artikelnya
    _ oiya saya akan berterima kasih bila agan mempersilakan saya untuk terus berkunjung ke blog ini walaupun dengan status saya yang sbagai spammers.
    sebelumnya kami mhon maaf ya.

    ReplyDelete

Terima kasih atas kunjungannya.

Mari kita budayakan untuk saling berkomentar,baik cacian,makian,hinaan juga boleh asal jangan spam ya.?dan Usahakan komentar tidak masuk kotak spam.!

Tapi maaf lho komentar yang berisi link hidup atau mati tidak akan ditampilkan.

Terima Kasih.