Ribuan hektar sawah Terancam gagal panen


JAKARTA - Kekeringan melanda sejumlah wilayah Indonesia. Pada periode Januari hingga Juli 2012, luas kekeringan lahan sawah telah mencapai 53.320 hektare, dengan angka gagal panen atau puso sebesar 1.358 hektare.

Direktur Perindungan Tanaman Pangan Ditjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Erman Budiyanto, menjelaskan kontribusi kekeringan terluas tahun ini berasal dari Jawa Barat dengan luas 18.619 hektare dengan puso 111 hektare, diikuti Jawa Timur seluas 11.155 hektare dengan puso 996 hektare.

Data Ditjen Tanaman Pangan menunjukkan, kekeringan lahan terjadi hampir di seluruh Pulau Jawa. Selain di Jawa Barat dan Jawa Timur, di Jawa Tengah tingkat kekeringanya mencapai 7.568 hektare dengan tingkat puso seluas 23 hektare. Sementara di Luar Jawa, kekeringan melanda Sulawesi Selatan seluas 8.887 hektare, Sumatra Utara seluas 3.833 hektare, dan Aceh seluas 1.636 hektare.

Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian Jawa Barat, Uneef Primadi, menyatakan luas lahan pertanian di Jabar yang dinyatakan puso akibat kekeringan dari Januari–Juli 2011 mencapai 2.345 hektare.

Adapun wilayah di Jawa Barat yang mengalami kekeringan puso terbesar adalah Kabupaten Sukabumi dengan luas lahan pertanian yang terkena pusonya mencapai 988 hektare, disusul oleh Cianjur sebanyak 91 hektare, Kabupaten Garut 77 hektare, Tasikmalaya 26 hektar, Ciamis 399 hektare, Kuningan 389 hektare, Cirebon 109 hektare, Majalengka 82 hektare, Sumedang 26 hektare, Subang 136 hektare, dan Purwakarta 22 hektare.

Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), Winarno Tohir, mengatakan jika dilihat dari kondisi riil di lapangan, tingkat kekeringan tahun ini lebih parah dibandingkan periode tahun lalu. Jika di telusuri hingga tingkat kecamatan, rata- rata kekeringan sudah mencapai 50 persen.

"Prediksi saya, kekeringan lebih berat tahun ini, hasil laporan dari petani di beberapa provinsi, seperti Jawa Tengah dan Jawa Barat bahkan mencapai 50 persen. Di Indramayu dengan luas lahan sekitar 120 ribu hektare, tingkat kekeringannya sudah 60 hektare, itu terjadi karena air semakin berkurang," ungkap dia.

Sementara itu, beberapa daerah di Jawa Barat yang bergantung dari pasokan air dari Waduk Jatiluhur masih bisa menunggu giliran irigasi, sedangkan daerah yang tidak terjangkau pasokan air dari waduk itu tinggal menunggu giliran kekeringan.

Pada Agustus ini, tingkat kekeringan bakal meningkat karena sudah tidak ada hujan dan waduk sekala di bawah 25 miliar kubik, seperti setu, debitnya sudah menyusut drastis dan cenderung kering. Dengan kondisi tersebut, Winarno memprediksi luas kekeringan bakal lebih luas dari data yang di paparkan Kementerian Pertanian, dan itu juga berdampak pada meningkatnya luas puso.

Selain kekeringan, pada periode Januari hingga Juli juga terjadi serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) pada tanaman padi di lahan seluas 245.637 hektare, dengan tingkat gagal panen mencapai 1.036 hektare.

Menteri Pertanian, Suswono, mengakui petani di Karawang, Subang, dan Indramayu mengeluhkan terjadinya kekeringan, tetapi keluhan tersebut akibat dari sistem pembagian air yang bergiliran.

Enam Strategi

Dinas Pertanian (Distan) Jawa Barat menyiapkan enam langkah atau strategi khusus untuk mengantisipasi dampak kekeringan tahun ini.

Enam langkah itu, kata Uneef, pertama, melakukan rapat koordinasi di empat wilayah yang ada di Provinsi Jabar. Kedua, melakukan pemantauan secara intensif oleh petugas lapangan Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT). Langkah ketiga, lanjut Uneef, adalah gerakan percepatan tanam atau pengaturan pola tanam oleh Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL).

Keempat, pengairan sistem gilir giring dan membuat sumur pantek. Kelima, pada lokasi puso diusulkan bantuan benih dari cadangan benih nasional. Langkah terakhir, ialah dengan hibah melalui perbaikan irigasi di tingkat desa.

Sumer :http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/97600

Post a Comment

11 Comments

  1. bisa2 kita kekurangan beras ini,,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tenang saja sob,negara tetangga masih mngexpor beras ke Indonesia.hehehe

      Delete
    2. gittu ya gan,, wah klu gitu sayang sekali gan,, pencaharian negara kita kan mayoritas petani, masa biar beras harus impor gan??

      Delete
    3. yaaa,mau bilang apa lagi sob,negara kita banyak gagalnya daripada berhasilnya.Bahkan saya kemaren baca di mediamasa ada PPL yang tidak tanggap dengan masalah ini.:(

      Delete
    4. ini menurut pikiran saya sob: gimana seandainya klu petani semua dibantu sob, diberikan alat2 modern untuk bertani, pokoknya semuanya dibantulah, karena saya pikir kita bisa makan karena jasa mereka semua, pemerintah ga pikir ato gimana yah??
      ini cuma pikiran jha sob..

      Delete
    5. hhehehe,sudah kebanyakan masalah jadi gak inget kali gan.

      Delete
  2. sistem gilir giring apa ya Kang?
    kalo buat sumur pantek mestinya kan gampang ya, apalagi biayanya dipikul bersama. kenapa nggak juga dilakukan di daerah2 kering itu ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Maksudnya sistim gilir giring adalah mengatur jadwal aliran air dari irigasi om.wahhh saya rasa sosialisasi yang kurang.Makanya tidak terealisasi sampai sekarang.

      Delete
  3. banyak yang mesti dibenahi dari sistem pertanian di Indonesia. semoga Tuhan tetap memberikaN ketabahan dan kekuatan untuk Petani di Indonesia

    ReplyDelete
  4. skarang sudah masuk musim penghujan, mudah2n ga kkeringan lagi yah

    ReplyDelete
  5. tidak hanya dampak dari pertanian, banyak peternakan di Indonesia kena dampak juga karena kemarau yang berkepanjangan ini. Salam kenal

    ReplyDelete

Terima kasih atas kunjungannya.

Mari kita budayakan untuk saling berkomentar,baik cacian,makian,hinaan juga boleh asal jangan spam ya.?dan Usahakan komentar tidak masuk kotak spam.!

Tapi maaf lho komentar yang berisi link hidup atau mati tidak akan ditampilkan.

Terima Kasih.