Budidaya Tanaman Pare ( Momordica charantia l )


I.Pendahuluan
Siapasih yang tidak mengenal pare atau paria atau dalam bahasa latinnya Momordica charantia l,merupakan tanaman sayuran yang lezat .selain itu juga memiliki khasiat lain bagi kesehatan yaitu :
a. Dapat merangsang nafsu makan
b. Dapat menyembuhkan penyakit kuning
c. Memperlancar pencernaan
d. dan sebagai obat malaria
Selain buah pare, ternyata daun pare juga mempunyai manfaat yang tidak kalah dengan buahnya. Manfaat tersebut antara lain:
a. Dapat menyembuhkan mencret pada bayi
b. Membersihkan darah bagi wanita yang baru melahirkan
c. Dapat menurunkan panas
d. Dapat mengeluarkan cacing kremi
e. Dapat menyembuhkan batuk

II.Syarat Tumbuh

-Pare mempunyai daya adaptasi tumbuh yang cukup tinggi
- Dapat menyesuaikan diri terhadap iklim yang berlainan baik suhu dan curah hujan yang tinggi.
- Dapat hijau sepanjang tahun dan tidak tergantung musim,
- Membutuhkan drainase tanah yang cukup baik,
- Memerlukan tanah yang gembur dan banyak mengandung bahan organik Memerlukan PH antara 5 – 6,
- Ketinggian antara 1 meter hingga 1500 meter dpl.

III.Pengolahan Tanah

- Tanah yang akan ditanami pare diolah terlebih dahulu dengan membersihkan dari tanaman lain seperti rumput dan mencangkul tanah agar gembur, minimal 10 hari sebelum tanaman pare ditanam.
- Buat guludan dengan ukuran lebar 90 cm sampai dengan 120 cm, sedangkan panjangnya dapat disesuaikan dengan kondisi lahan yang ada.
- Antara guludan satu dengan guludan yang lainnya dibuat parit dengan lebar 75 cm dan kedalaman 30 cm.
- Arah pembuatan guludan sebaiknya membujur dari utara ke selatan dengan maksud agar tanaman mendapat sinar matahari langsung dan penuh untuk proses fotosintesa.
- Buat lubang tanam dengan panjang 25 cm, lebar 25 cm dan dalam 25 cm (25x25x25) atau bisa juga dengan ukuran 50 x 50 x 50.
- Jarak antar lubang tanam 75 cm x 75 cm atau 100 cm x 100 cm

IV.Penanaman Pare
Penanaman dapat dilakukan melalui dua cara. Cara pertama benih/ biji langsung ditanam dan cara kedua benih disemaikan terlebih dahulu ditempat terpisah sampai benih tersebut tumbuh beberapa helai daun, baru di pindah dilapang.
IV.a. Cara langsung
Setelah lubang tanam dibuat dengan ukuran 25 x 25 x 25 cm dan telah diberikan pupuk kandang yang telah matang, masukkan benih/ biji pare kedalam lubang tanam tadi sedalam kurang lebih 3-4 cm, lalu tutup kembali dengan tanah.
Pada waktu bersamaan dimasukkannya benih/ biji pare kedalam tanah, masukan pula Regent GR atau furadan kira-kira sejumput (temukan antara ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah) untuk mengambil furadan tersebut.

Pemberian Regent GR atau furadan tersebut dimaksudkan untuk melindungi benih/ biji dari serangan nematoda dan cacing tanah serta hewan lainnya.

Penanaman telah disesuaikan dengan jarak tanam yang telah dibuat tadi pada saat pengolahan tanah yaitu 75 cm x 75 cm atau 1 m x 1 m dalam guludan.

Untuk menjamin benih/ biji tumbuh dengan baik, lakukan penyiraman disekitar tanaman. Penyiraman selanjutnya sangat tergantung pada kondisi cuaca. Apabila banyak terjadi curah hujan maka tanaman sebaiknya tidak perlu disiram. Apabila dalam keadaan kurang hujan atau bahkan sama sekali kering, tanaman harus disiram dua kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari.
IV.b. Cara Tidak Langsung
Cara penanaman tidak langsung ini, benih/ biji disemai terlebih dahulu. Ada 2 cara persemaian, yaitu memakai kotak persemaian dan menggunakan tanah persemaian terpisah.
Persemaian dikotak
- Buat kotak persemaian yang terbuat dari papan dengan ukuran panjang 5 meter, lebar 2 meter dan tinggi 15 cm.
- Masukkan tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1. Aduk hingga rata.
- Tanam benih/ biji pare dengan ukuran 2 x 2 cm.
- Sebelum ditanam biji direndam dengan menggunakan Regent Red dengan kosentrasi 1 ml/10 gr benih selama 10-15 menit.
- Angkat benih pare yang telah tumbuh kira-kira yang telah berumur kurang lebih 10 hari kedalam polybag kecil atau wadah yang terbuat dari daun pisang.
- Setelah berumur 15 - 20 hari atau bibit pare mempunyai 3 helai daun baru pindahkan atau bibit siap untuk ditanam dilapang.

Persemaian di Lapang
- Buatkan bedengan dengan ukuran 1,5 meter x 4 meter dan cangkul tanah bedengan tersebut sedalam 30 cm.
- Campurkan tanah yang ada dalam bedengan tersebut dengan 40-50 Kg pupuk kandang dan ditambah 0,5 Kg Tsp lalu aduk hingga rata.
- Buat naungan dari rumbia dengan tinggi tiang 1 meter disebelah timur dan 0,75 m disebelah barat.
- Tanam biji pare seperti yang dilakukan pada persemaian dikotak kayu.
- Selanjutnya perlakukan sama seperti apa yang dilakukan pada persemaian dikotak kayu.

V.Pemeliharaan Tanaman Pare
Pemeliharaan tanaman dilakukan untuk mendapatkan hasil yang optimal. Pemeliharaan tanaman pare dilapang meliputi penyiangan, penyulaman, pembumbunan, pemangkasan, pembungkusan, pembebanan, pembuatan turus dan para-para.

V.I.Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk membersihkan semua jenis tanaman yang tumbuh selain tanaman pare. Tanaman jenis lain dapat berupa rumput-rumputan, gulma, dan tanaman lainnya. Pembersihan ini dilakukan disekitar batang/ akar tanaman atau diantara parit-parit yang ada dengan menggunakan tangan (dicabut), kored atau cangkul.
Penyiangan tanaman dilakukan untuk mengurangi atau menghindari persaingan antara tanaman pare yang ditanam dengan jenis tanaman lain yang mungkin tumbuh disekitar tanaman pare dalam penyerapan unsur-unsur hara, air dan matahari. Disamping itu penyiangan dilakukan untuk menghindari kemungkinan tumbuhnya hama dan penyakit yang mungkin timbul dari tanaman yang tumbuh selain tanaman pare.

V.II.Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan untuk menaikkan tanah yang ada disekitar tanaman pare agar akar tanaman dapat tertutup. Pembumbunan dilakukan setelah penyiangan dilakukan dengan maksud untuk memperbaiki aerasi tanah sekitar akar yang menjadi padat akibat
siraman air hujan atau air siraman tanaman.

V.III.Penyulaman
Oleh karena pada waktu penanaman ada benih yang tidak tumbuh yang diakibatkan oleh beberapa faktor seperti kualitas benih, daya tumbuh benih, kondisi tanah, atau serangan hama, maka tanaman yang tidak tumbuh tersebut perlu diganti dengan tanaman lain yang sehat dan kuat (disulam). Penyulaman dilakukan sebaiknya pada waktu bibit tanaman berumur 7 - 10 hari setelah tanam.

V.IV.Pemangkasan
Pemangkasan tanaman pare dilakukan untuk mengontrol pertumbuhan batang utama. Tinggi ideal batang utama tanaman pare adalah 2 - 3 meter. Jika panjangnya melebih dari itu, tanaman tidak produktif lagi oleh karena itu tanaman perlu dipangkas. Tunas yang akan tumbuh dari hasil pemangkasan tersebut dialihkan kesamping melalui para-para. Sebagai awal perambatan tunas yang tumbuh tersebut dapat digunakan tali.

V.V.Pembungkusan
Untuk menghasilkan buah pare yang mulus dan permukaan kulit tidak bolong, maka sebaiknya dilakukan pencegahan melalui pembungkusan buah pare. Tindakan pembungkusan buah pare ini dimaksudkan adalah untuk mencegah serangan lalat buah yang menyerang buah pare pada waktu usia muda. Bahan pembungkus dapat digunakan kertas atau daun pisang yang telah kering (klaras).

Waktu ideal dilakukannya pembungkusan adalah pada waktu tanaman telah menghasilkan buah pare dengan
ukuran batang korek api, atau kurang lebih berumur kira-kira 1,5 bulan.

V.VI.Pemupukan Tanaman Pare
Salah satu bagian dari pemeliharaan tanaman pare adalah pemupukan. Pemupukan dilakukan untuk mendapatkan tanaman sehat, kuat dan dapat berproduksi sesuai dengan potensi yang ada dalam tanaman tersebut. Pemupukan dasar dilakukan pada 1 - 2 minggu sebelum tanaman pare ditanam, atau dilakukan pada saat pengolahan tanah atau pada waktu pembuatan lubang tanam. Beberapa petani sayuran di Jakarta
Timur, pemberian pupuk dasar dilakukan dengan cara membenamkan sebanyak 2 - 3 kg pupuk kandang yang sudah matang kedalam lubang tanam dan biasanya ditambah 15 - 20 gram pupuk NPK perlubang tanam.
Pemupukan susulan pertama dilakukan setelah tanaman telah berumur 3 minggu. Dosis pemupukan diberikan sangat tergantung pada jenis tanah dan iklim setempat dimana tanaman pare ditanam. Untuk jenis tanah yang berpasir kombinasi pupuk urea, TSP, dan KCI yang diberikan sebaiknya dengan perbandingan 1 : 2 : 2, sedangkan untuk jenis tanah liat sebaiknya diberikan pupuk dengan kombinasi urea, TSP, dan KCl
sebanyak 1 : 2 : 1. Pengalaman dari petani Bambu Apus, Jakarta Timur kombinasi urea, TSP dan KCl diberikan sebanyak 2 : 2 : 8. Setiap tanaman diberikan sebanyak 10 - 15 gram/pertanaman. Jadi apabila diberikan 10 gram pertanaman maka banyaknya urea, TSP dan KCl yang diberikan pada perbandingan 1 : 2 : 2 adalah urea sebanyak 20 Gram, TSP 40 dan KCl 40 gram. Demikian halnya dengan kombinasi 1: 2 : 1, Urea diberikan 2,5 gram, TSP 5 gram dan KCl 2,5 gram.

Pupuk susulan kedua diberikan 2 minggu setelah pemupukan susulan pertama dilakukan. Banyaknya pupuk yang diberikan 0,5 dari dosis yang diberikan pada pemupukan susulan Pertama. Dapat juga diberikan tambahan pupuk seperti NPK. NPK diberikan 2 minggu setelah pemupukan susulan pertama dilakukan dan dilanjutkan dengan interval dua minggu sampai tanaman pare berumur empat bulan. Dosis NPK yang diberikan sebanyak 5 gram pertanaman.
Penempatan pupuk yang diberikan kepada tanaman pare adalah ber-jarak antara 10 - 15 cm dari akar dan kedalaman 3-5 cm.

V.VII.Pembuatan Turus dan Para-para
Tanaman pare merupakan tanaman yang merambat dan menjalar, oleh karena itu diperlukan suatu tempat dimana nantinya buah pare tersebut dapat bergantung dengan baik, sehingga pertumbuhan buah pare dapat maksimal.

Turus dibuat untuk memanjat batang utama pare, sedangkan para-para digunakan untuk menjalarnya tunas-tunas dari batang utama yang nantinya akan menghasilkan buah pare. Tinggi turus dan para-para berkisar 1,5 sampai 2 meter. Hal ini dengan mempertimbangkan agar mudah dalam pemeliharaan tanaman terutama pada waktu panen dan mudah dalam melakukan penyiangan dan pembumbunan serta mudah dalam mengontrol tanaman dari gangguan hama dan penyakit tanaman.

Berbagai macam cara dan bentuk pembuatan turus dan para-para. Bahan yang dipakai sebaiknya bambu dengan ukuran sedang. Sebagai penghubung antara tanaman satu dengan yang lainnya diberikan tali.

VI.Pengendalian Hama dan Penyakit Pare
Salah satu syarat agar tanaman pare dapat tumbuh dan berkembang sehingga menghasilkan buah adalah tanaman pare harus sehat. Agar sehat tanaman harus terbebas dari gangguan hama dan penyakit tanaman. Yang dimakasud dengan hama adalah semua jenis hewan yang dapat mengganggu tanaman sehingga merugikan bagi tanaman tersebut. Sedangkan penyakit tanaman adalah semua jenis gangguan pada tanaman yang disebabkan oleh jamur, bakteri, virus dan kekurangan unsur hara dalam tanaman.
Pengendalian hama dan penyakit tanaman harus didasarkan pada prinsip ambang ekonomi, artinya pengendalian hama dan penyakit baru dapat dilakukan secara intensif apabila dari segi ekonomi serangan hama dan penyakit mengakibatkan kerugian yang cukup besar. Disamping itu dalam mengendalian hama dan penyakit prioritas pengendalian dengan cara memperbaiki kondisi lingkungan setempat, sedangkan aplikasi
pestisida dilakukan pada urutan terakhir.
Hama utama yang menyerang tanaman pare antara lain:
Ulat Grayak
Ulat ini menyerang pada malam hari, sedangkan pada siang hari ulat ini bersembunyi didalam tanah. Daun pare merupakan bagian tanaman yang diserang. Dalam kondisi serangan berat semua daun pare habis dimakannya, karena sifat hama ini adalah hampir semua jenis daun tanaman diserangnya.

Pemberantasan hama ini dapat dilakukan secara mekanis yaitu telur-telur yang baru menetas diambil bersama-sama dengan daun yang menempel. Pengambilan telur - telur ini jangan sampai terlambat sebab kalau terlambat ulat menjadi besar dan bersembunyi didalam tanah. Pemberantasan hama ini dapat juga dilakukan secara biologis yaitu dengan menyemprotkan Bacillus thungiriensis atau Borelinevirus litura. Secara kimia disemprot dengan pestisida Rampage 100 EC 1 cc/ liter.

Lembing (Epilachma sparsa)
Daun pare yang terserang hanya tersisa tulang daun. Daun menjadi kering dan kecoklat-coklatan, akhirnya produksi buah menjadi turun. Hama ini berbentuk lembing bulat, warnanya merah dengan bercak hitam sebanyak 12 - 26 buah. Beberapa cara pengendaliannya adalah :
a. telur, larva dan lembing dapat ditangkap dengan tangan lalu dimatikan
b. diberantas dengan musuh alaminya, yaitu jenis tabuhan yang menjadi parasit telur,
larva dan pupa.
c. Dilakukan rotasi tanaman
d. Disemprot dengan insektisida seperti carbaryl, carbophenation, dll.

Kumbang Aulacophora silimis
Gejala serangan yaitu tanaman menjadi layu karena jaringan akarnya dimakan larva dan daunnya dimakan kumbang. Pengendalian dilakukan dengan menyemprotkan insektisida Curacon 500 EC. Pengendalian mekanis dapat dilakukan dengan gropyokan.

Kepik Leptoglossus australis
Gejala serangan kualitas buah menurun, bekas serangan hama sering ditumbuhi cendawan Nematospora, akhirnya buah menjadi busuk. Pengendaliannya dengan menyemprotkan racun kontak seperti Regent wg atau azodrin dengan dosis 2 cc/liter. Penyemprotan dilakukan setelah ada gejala serangan kepik ini.

Lalat Buah (Dacus cucurbitae Cog)
Gejala serangan adalah daging buah tidak dapat dimakan karena busuk dan berair dengan ratusan belatung. Tampak luar daging buah sehat tapi setelah di buka terlihat daging buah penuh dengan belatung. Pengendalian lalat buah ini adalah :
a. dengan membungkus tanaman pare pada waktu buah berukuran batang korek api dengan menggunakan kertas atau daun pisang yang telah kering (klaras).
b. dengan menggunakan insect trap yang ditaruh disekitar tanaman pare, sehingga lalat buah yang ada disekitar dapat ditangkap dan mati dalam tangkapan tersebut.
c. dengan mengadakan penyiangan dan pembubunan serta memelihara kebersihan sekitar tanaman dari gulma dan sisa tanaman yang membusuk, sebab kondisi seperti itu sesuai dengan tumbuh dan berkembang-nya lalat buah.

Siput ( Pamarion pupillaris Humb)
Gejala serangan yaitu tanaman terutama dipersemaian terkoyak, lalu mati. Pengendaliannya adalah siput ditangkap lalu dicacah dagingnya untuk makanan ayam. Dapat pula diberantas dengan racun kontak yang dicampur dengan dedak. Racun kontak tersebut adalah Mesurol dengan bahan kimia Keongtok dengan dosis 2 gram/1 liter air.

Penyakit yang sering menyerang tanaman pare antara lain :

Penyakit Embun Tepung
Gejala awal ditandai dengan adanya tepung putih pada daun terbawah. Daun yang terserang menjadi kuning, coklat dan akhirnya mengering. Batang pun diserang tepung ini. Batang seperti dilapisi tepung. Tanaman akan lemah dan mati atau buahnya tidak normal. Penyebab gejala ini adalah cendawan Oidium sp.
Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan beberapa cara antara lain:
a. Mengurangi kelembaban disekitar tanaman dengan cara pengaturan jarak tanam
dan drainase yang baik
b. Membuang bagian tanaman yang terserang
c. Menanam varietas yang resisten
d. Disemprot dengan fungisida sulfur dosis 2 g/liter sebagai penyembuhan dan pencegahan

Penyakit Antraktosa
Gejala penyakit ini daun bernoda hitam. Pada serangan berat batang dan buah juga terserang. Serangan lebih berat terjadi pada musim hujan. Gejala penyakit ini disebabkan oleh cendawan collectrichum sp. Pengendaliannya adalah dengan memusnahkan tanaman yang terserang, pergiliran tanaman, dan penyemprotan dengan fungisida Antracol atau polycom dengan dosis 2 gram/ liter.

Penyakit Layu
Gejala layu tampak pada ujung daun, kemudian seluruh daun akan mengkerut lalu mengering. Tanaman akan mati sejak beberapa saat terinfeksi. Menyerang tanaman bibit yang baru kecambah, tanaman muda dan tanaman yang telah dewasa. Penyebab penyakit ini disebabkan oleh Fusarium sp.
Pengendalian dilakukan dengan memusnahkan tanaman yang terserang, menyiram larutan fungisida Benlate 2 gram/ liter ke tanah bekas tanaman yang terkena penyakit dan menggunakan benih yang tahan terhadap serangan patogen.

Penyakit Virus
Gejala serangan jelas pada daun-daun muda. Serangan virus ini menyerang pada saat tumbuh (bibit, tanaman muda atau tanaman yang telah menghasilkan buah). Penyebab gejala tersebut adalah Cucumber mosaic virus (CMV).
Pengendaliannya dilakukan dengan cara memusnahkan tanaman yang terserang, memberantas vektor virus (serangga), menyeleksi bibit yang akan di pindah ke lapang dan pemupukan yang seimbang.
Panen
Pemetikan buah pare sangat tergantung pada pemanfaatan buah pare tersebut. Apabila pare yang akan dipanen digunakan untuk konsumsi maka sebaiknya pilih pare yang bintil-bintil dan keriputnya masih agak rapat dengan galur-galur yang belum melebar. Panjangnya antara 25-30 cm dan diameternya 3-5 cm.

Apabila pare yang dipetik digunakan untuk benih maka pilih pare yang besar, sehat dan matang sempurna.
Tanaman pare yang telah berumur 1,5 bulan biasanya telah berbunga dan diharapkan 1 bulan kemudian buah pertama dapat dipetik. Untuk panen kedua, ketiga dan seterusnya dengan interval 6 - 7 hari. Kalau keadaan tanaman subur maka tanaman pare dapat di panen selama 4 bulan.
Cara pemanenan harus diperhatikan dengan baik karena hal ini menentukan kualitas tanaman pare yang akan dipasarkan. Pemetikan sebaiknya dilakukan dengan menggunakan alat potong yang tajam. Hindari dengan cara menarik atau memilin tangkai pare, karena dapat menyebabkan memar pada tangkai yang pada akhirnya akan menarik cendawan atau penyakit lain kedalam bagian tangkai yang memar tadi. Hasil pemetikan ditaruh keranjang atau tempat yang bersih dan disusun dengan berselang-seling dan sejajar.

VII.Pasca Panen
Setelah dipetik sebaiknya pare sudah mulai ditaruh pada suatu wadah. Untuk keperluan pasar tradisional sebaiknya digunakan karung-karung yang bersih. Pare disusun berdiri dalam karung, hal ini menghindari pare tertimbun dengan beban berat diatasnya. Pada waktu mengangkat atau menaruh jangan sampai dilempar untuk menghindari memar pada tanaman pare.
Untuk memenuhi konsumsi pasar supermarket sebaiknya dikemas dengan menggunakan plastik tipis dan tembus pandang. Sebelum dikemas dengan plastik sebaiknya pare dibersihkan dari kotoran yang menempel pada pare, sehingga diharapkan penampilannya baik bersih dan rapi.

Post a Comment

0 Comments